Minggu, 26 April 2015

Sok tau tentang ngopi

Cuma ingin belajar kopi, dan tiba-tiba nemu blog yang panas ngabahas cafe ala amerika yang katanya memperkosa budaya ngopi dan menipu anak muda indonesia. Sejujurnya saya ga ngerti, maklum anak rumahan yang jarang keluar rumah, ke starbucks jujur cuma buat minum kopi yang beragam macamnya itu, tanpa ada harapan apapun terhadap kopi yang diminum. Karena sejujurnya saya cukup bahagia minum kopi di warung kopi deket kantor. Yang rasanya mirip kopi cap kucing yang sering dibeli almarhum mama, atau rasa kopi lampung yang selalu dijadiin oleh-oleh.

Tapi pada kenyataannya yang dicari orang dari semacam kafe ala starbucks bukanlah taste kopinya tapi kenyamanan tempat. Dan betapa gaulnya kalo sudah nongkrong disana. Bagi saya yang bukan penikmat espresso ataupun kopi hitam, kopi dengan beragam rasa yang terdengar menggelikan itu adalah salah satu cara menikmati minuman manis rasa kopi yang rasanya pas dilidah, tidak terlalu manis, dan saya suka tanpa saya sakit perut setelahnya.

Jangan tanya saya tentang toko kopi enak di seputaran kota ini, paling yang saya tunjukkin cuma kopitiam yang sajian kopinya pun sudah standar starbucks sepertinya, tapi punya atmosphere bagus untuk nongkrong, to see and to be seen. Yah biar sajalah abg gaul sok hip itu menuhin starbucks atau kafe gaul lainnya, toh bagus juga daripada mereka gerombolan ga jelas, setidaknya mudah dicari emaknya hehehe. Yang mereka cari pun mungkin bukan kopi tapi wifi dan tentunya arena untuk gaul. Tidak ada salahnya mencoba mengedukasi tentang budaya minum kopi di eropa sana, yang bagi saya masih kejauhan, toh jarak terjauh saya melangkah dari kota ini cuma surabaya, dan itu buat liburan bukan buat minum kopi. Dan saya juga ga peduli betapa masyarakat eropa menghargai kopi, kopi enak itu yang rasanya pas di lidah ga perlu tempat bagus yang cozy cukup secangkir kopi panas sambil nonton tv   itu cukup.

Yang rasanya lebih penting itu mengedukasi masyarakat bahwa indonesia itu punya varietas kopi yang ga kalah dari kopi impor, yang harganya lebih murah dan rasanya lebih enak, yang ternyata lebih terkenal di luar daripada di dalam negeri. Karena jangan-jangan secangkir kopi yang dinikmati di negara eropa sana ternyata biji kopinya malah diimpor dari sini. Dan tentang budaya ngopi-ngopi bukannya kita punya? Cuma tempatnya nemang ga cozy dan yang menyajikan kopi bukan barista, tapi yang punya warung. coba tengok di belitong, lampung, medan, aceh dan tempat lain di indonesia yang merupakan daerah penghasil kopi, minum kopi ga harus di cafe ga harus terlalu dipikirin, karena secangkir kopi itu untuk dinikmati bukan untuk dinilai atau jadi citra diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar