Minggu, 30 November 2014

Lapar

Sejak satu hari di siang jam istirahat kelas 1 SMA, disatu waktu yang memorinya sudah kabur itu,  aku menemukan solusi dari perasaan sedih akan sesuatu. Makan, makan sebanyak mungkin sampai ingin muntah, makan sebanyak mungkin sampai jadi eneg, makan sebanyak mungkin sampai rasa begah itu mengalihkan pikiran dan mengaburkan permasalahan.
Rasanya cukup banyak makanan yang masuk ke perut aku hari ini, jangan tanya berapa total kalorinya, aku ga pernah hitung, ga minat ngitung, sepuasnya saja. Kalau rasanya salah cukup berhenti, penuhin apa maunya badan selanjutnya terserah.
Dari tiga porsi makanan yang masuk perut, aku belum sampai ke titik puas merasa penuh dan terkenyangkan, aku lapar, lapar akan jalan keluar, lapar akan solusi, lapar akan tujuan.
Buat orang hilang arah kayak aku ini, makan adalah solusi instan untuk memenuhi kuota kegiatan yang harus dilakukan, karena kalo diam terus aku ngantuk sementara kalo ngunyah mata aku lebar terbuka tanpa rasa lelah.
Mau makan apa lagi? Bosan rasanya, padahal kota ini terkenal akan kulinernya, jauh-jauh orang datang kesini cuma buat makan-makan. Tapi aku bosan.
Andai permasalahan itu makanan mungkin sudah kukunyah dan kutelan, atau kumuntahkan, karena rasanya pasti jauh dari enak bahkan lebih dari eneg. Masalah aku apa? Justru itu aku ga tau, permasalahan akan selesai kalau kita tahu masalah kita apa dan berusaha menemukan solusi, sedang aku dalam tahap pencarian akan masalah aku sendiri. Sudah capek badan ini, sakit kepala ini mirip-mirip syairnya band terkenal di negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar