Mungkin aku cuma perlu tepukan kecil di punggung atau usapan sekilas di kepala, gestur sederhana untuk ngungkapin kalau aku dihargai.
Aku kerja, hampir semua hasilnya aku kasih buat keluarga, there is no self reward, aku pikir cukup asal semua terpenuhi. Ga ada komplain terkait ekonomi, aku cukup nyesuain diri. But sometimes ada saatnya aku sedih, aku kecewa, aku terima kalau kita bukan pasangan romantis, there is no flower or any beautiful gift, bahkan aku pilih kadoku sendiri, tapi riak kecil seperti suara tinggi, bertengkar karena saling ga mau ngalah, atau ngebut di jalan karena marah, aku sadar sebagian besar karena salah aku yang memilih untuk diam saat ada selisih paham. Diam kemudian dibalas diam, abai kemudian dibalas abai, rasanya semakin hari semakin jauh dari hubungan yang kita bicarain di awal. Bukan saatnya lagi main ancam-ancaman untuk pisah, atau kita memang salah di awal? Mungkin kamu bukan seperti yang aku harapkan pun sebaliknya. Aku gerah karena lagi-lagi kita diam, aku merasa ini ga adil, kenapa aku yang harus minta maaf? Kenapa aku yang harus tegur duluan? Ini bukan soal menang kalah tapi rasanya aku ga bisa ngalah, mungkin aku yang memang ga dewasa.