Jumat, 26 Agustus 2022

sedih

Sedih, entah kenapa semalem rasanya mellow banget, pegangan ritsleting dompet putus ditarik haikal, ga sepenuhnya salahnya haikal emang tuh dompet udah rapuh karena keseringan dipake. Dan tiba-tiba jadi kepikir semua barang yang aku punya sekarang kebanyakan dibeli sebelum haikal lahir bahkan sebelum aku nikah. Entah kenapa rasanya ada beban yang tiba-tiba dijatuhin ke dada ini dan rasanya sesak. Entah kenapa rasanya ga cukup, aku pengen keliatan rapih, wangi, terawat, tapi hidup rasanya cuma nyodorin pengorbanan. Seperti dipaksa pilih mau aku atau keluarga dulu, dan walaupun yg dipilih keluarga dulu ga ada pujian disitu, ataupun sedikit ucapan terimakasih. 
Mungkin aku cuma perlu tepukan kecil di punggung atau usapan sekilas di kepala, gestur sederhana untuk ngungkapin kalau aku dihargai.
Aku kerja, hampir semua hasilnya aku kasih buat keluarga, there is no self reward, aku pikir cukup asal semua terpenuhi. Ga ada komplain terkait ekonomi, aku cukup nyesuain diri. But sometimes ada saatnya aku sedih, aku kecewa, aku terima kalau kita bukan pasangan romantis, there is no flower or any beautiful gift, bahkan aku pilih kadoku sendiri, tapi riak kecil seperti suara tinggi, bertengkar karena saling ga mau ngalah, atau ngebut di jalan karena marah, aku sadar sebagian besar karena salah aku yang memilih untuk diam saat ada selisih paham. Diam kemudian dibalas diam, abai kemudian dibalas abai, rasanya semakin hari semakin jauh dari hubungan yang kita bicarain di awal. Bukan saatnya lagi main ancam-ancaman untuk pisah, atau kita memang salah di awal? Mungkin kamu bukan seperti yang aku harapkan pun sebaliknya. Aku gerah karena lagi-lagi kita diam, aku merasa ini ga adil, kenapa aku yang harus minta maaf? Kenapa aku yang harus tegur duluan? Ini bukan soal menang kalah tapi rasanya aku ga bisa ngalah, mungkin aku yang memang ga dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar