Senin, 19 April 2021

khawatir

Aku tau dia perlu tempat cerita, tapi aku ya jadi kepikiran. InsyaAllah kalo ga ada wacana tpp dihapus gaji aku masih cukup untuk keluarga kami, tapi gimana dengan dia pribadi dan keluarganya? Walau dia ga bisa akuin, saat ini kita ga cuma biayain hidup kita tapi juga hidup ibu dan bantuin keluarga saudaranya. Walau ga sampai kekurangan tapi saat ini kita sedang berusaha untuk berdiri sendiri sehingga bisa lepas dari keluarga aku maupun keluarga dia, maksud aku berdiri sendiri punya rumah sendiri jadi ga memberatkan salah satu pihak atau ngebuat kecil hati pihak lain. Untuk beli rumah dan kendaraan aja kita masih kejer-kejeran dan tahan-tahanan buat nabung, aku jadi mikir kalo dia ga kerja darimana lagi uang yg bisa disisihin buat tabungan??? Pusiing...
Satu hal yang aku pelajarin dari kejadian saudara ipar adalah keputusan resign itu ga boleh gampang berdasarkan emosi, karena anak istri harus makan, apalagi masih nanggung keluarga orang tua juga, dan ngebangun usaha ga semudah balikin telapak tangan. Tapi disisi lain aku sadar betapa ga nyamannya suami di pekerjaan saat ini, kerja jam 8-17 kadang lembur sampe pagi dan keluar kota, tapi ga ada uang akomodasi ataupun uang lembur, capeknya bukan cuma fisik tapi psikis juga. Terus terang bingung, mau encourage dia untuk tetap bertahan tapi keadaan sudah ga kondusif, mau minta dia berhenti dan cari kerja lain terus terang aku takut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar