Sabtu, 01 Juli 2017

Boikot Starbuck

Iya saya pro boikot starbuck, malah udah setahun lebih berenti ngedatengin gerai starbuck. Kenapa? Awalnya karena saya cemas, cemas dengan ketidakpedulian saya dengan segala hal selama ini. Dulu saya pikir ngapain ngeboikot starbuck, lebay, kan yg pro lgbt dan perusahaan yg punya hubungan dengan israel bukan cuma starbuck, banyak banget perusahaan lain yg produknya saya gunain sehari-hari. Tapi apakah dengan alasan tersebut saya jadi bisa ga peduli dan tetap menggunakan produk tersebut dengan senang hati? Ternyata ga, saya cemas, cemas dengan ketidakpedulian yg mungkin suatu saat jadi dukungan untuk lgbt, cemas dengan keadaan sekitar dimana kaum lgbt terlihat lebih leluasa menunjukkan jati diri mereka di publik. Trus kenapa ga boikot produk lain juga? Karena saya belum mampu, karena pengetahuan saya kurang, karena saya manusia yg ga bisa memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri. Iya bener kalo komputer saya masih pake windows, browsing dan kirim email masih pake google, masih suka posting foto di instagram, mobil keluarga keluaran toyota dan masih makan keju merek kraft. Dan mungkin masih banyak produk lain lagi yg pro lgbt dan saya gunain sehari-hari.
Saya memang ga bisa boikot seluruhnya, tapi saya bisa pelan-pelan mengurangi. Mungkin bagi sebagian orang kelihatan bodoh dan lebay, mungkin dinilai munafik, tapi saya yg bodoh, lebay, dan munafik ini juga punya keyakinan, punya cara pandang hidup, punya pemahaman agama, yang mungkin berbeda dengan kebanyakan orang. Mungkin dinilai kurang pancasila, ga paham bhineka tunggal ika, ga punya perasaan dengan saudara-saudara yg kerja di perusahaan yg saya dukung untuk di boikot. Tuhan aja ga beda-bedain umatnya, koq saya dengan beraninya ngeboikot kaum lgbt yg juga manusia ciptaan Tuhan. Itu semua karena saya yakin dengan surat luth, karena saya yakin lgbt itu penyakit, dan itu satu-satunya cara yg bisa saya lakuin saat ini sebagai tindakan preventif. Kalo ada yg mikir tindakan preventif seharusnya dari rumah, harusnya dididik dari kecil. Itu betul, tapi siapa yg jamin lingkungan di luar ga kasih pengaruh? Kalo ada yg bilang "itu sih dasar mentalnya aja yg lemah", maaf manusia diciptakan berbeda-beda pembawaan dan sifatnya dan ga setiap manusia mentalnya kuat. Jadi walau dinilai bodoh dan berlebihan saya tetap pro boikot lgbt, karena saya yakin dari sedikit aksi ini bisa membuat yg lain peduli bahwa lgbt bukan untuk diabaikan atau disetarakan haknya, tapi untuk dicegah dan diobati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar