Selasa, 26 Januari 2016

Hujan

Aku melihat ke arah jendela, awan mendung telah bersiap menumpahkan hujan, sejak beberapa minggu hujan begitu setia mengunjungi kota ini, tapi jangan sekali-sekali menerimanya tanpa suka cita, bukankah kita yang mengirimkan jutaan surat rindu kepadanya beberapa bulan lalu? 
Aku merasa suasananya begitu pas, sedikit konyol sedikit romantis, hujan seolah memberi dimensi baru pada satu hari, membangun suasana sedemikian rupa dan membangkitkan kenangan yang sudah terlupa.
Teringat beragam cerita dan drama yang aku lalui ketika hujan, teringat kesedihan dan kebahagiaan, entah sejak kapan aku menjauhi hujan, mungkin sejak kerlingan pertama aku menatap pemuda yang aku suka, entahlah tapi terdengar mengada-ada. 
Tahun ini dinginnya hujan terasa sedikit lebih menggigit, bagai jarum yang menembus kulit, rasa cemas yang dirasa ketika hujan turun diwaktu pulang kerja, ketika akan pergi atau kembali ke satu tempat, hujan seolah peringatan dari Tuhan akan berbagai hal yang belum selesai.
Januari yang selalu terlihat pucat dengan warna abu-abu yang seolah membawa beban berat, aku hanya ingin duduk terdiam seharian memperhatikan hujan, meresapi tiap nada rintik suara hujan, merasakan dinginnya hingga terasa gigil, memperhatikan genangan air yang tercipta, aku hanya ingin bercerita kepada hujan tentang "mereka" tentang "dia".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar